Ada yang kurang rasanya jika berkunjung ke kota medan tidak mampir ke Masjid Agung Medan. Tidak mengherankan jika masjid ini menjadi kebanggaan masyarakat Medan. Selain memiliki arsitektur yang cukup unik, masjid ini juga memiliki nilai sejarah yang cukup kental.
Masjid yang berlokasi di Jalan Sisingamangaraja ini memang menyimpan pesona yang luar biasa. Secara lokasi pun bisa dikatakan sangat strategis. Lokasinya yang berdekatan dengan Istana Maimun dan Taman Sri Deli menjadikan masjid ini begitu populer.
Untuk membahas pesona Masjid kebanggaan masyarakat Medan ini, rasanya tidak lengkap jika tidak mengulas sejarahnya terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan masjid ini banyak menyimpan sejarah. Utamanya untuk siar agama Islam di wilayah tersebut.
Sejarah Singkat Masjid Raya Medan
Oleh masyarakat Medan, masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Raya Al-Mashun. Masjid Raya Medan sendiri merupakan peninggalan Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alam (1873-1924). Yang merupakan salah satu Sultan Deli di Sumatera Utara.
Pada awalnya masjid ini dirancang oleh arsitek dari Belanda bernama Van Erp. Van Erp sendiri merupakan arsitek yang merancang Istana Maimun. Yang pada saat itu dipimpin oleh Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alam.
Meskipun awalnya dirancang oleh Van Erp, namun pada proses pengerjaannya diambil alih oleh JA Tingdeman. Hal ini disebabkan Van Erp mendapat panggilan dari Pemerintah Hindia Belanda untuk datang ke Pulau Jawa.
Van Erp diminta untuk ikut bergabung dalam proses pembangunan Candi Borobudur yang ada di Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sebenarnya tidak mengherankan jika Masjid Agung Medan kala itu begitu megah. Pasalnya cukup banyak bahan bangunannya yang didatangkan dari luar negeri.
Memang pada saat itu sang Sultan menghendaki Masjid Raya Medan dibangun dari bahan bangunan yang berkualitas. Bahkan untuk marmernya sendiri diimpor dari Italia dan Jerman. Untuk kaca masjid pun sampai didatangkan dari Tiongkok. Bahkan untuk lampu gantungnya sendiri didatangkan langsung dari Prancis.
Memang pada waktu itu banyak bangunan mewah yang sebagian bahan utamanya didatangkan dari luar negeri. Sangat berbeda dengan saat ini, yang sudah tersedia dengan sangat melimpah di Indonesia. Contoh paling sederhananya seperti jam digital masjid.
Wajar saja jika pada waktu itu dikatakan jika kemegahan Masjid Al-Mashun ini lebih megah dibanding Istana Maimun. Jika dilihat dari gaya arsitekturnya pun cukup unik. Pasalnya masjid ini mengusung gaya arsitektur Asia dan Eropa.
Keunikan dari Masjid Raya Medan
Selain mengusung arsitektur bergaya Asia dan Eropa, ada cukup banyak hal unik dan menarik dari Masjid Raya Medan ini. Secara arsitektur masjid ini mengusung arsitektur bangunan bergaya Spanyol, Timur Tengah, dan India.
Namun tampaknya tidak sebatas itu saja pesona dari masjid kebanggaan masyarakat Medan ini. Sebab masih cukup banyak pesona lain yang dimiliki oleh salah satu ikon Kota Medan ini. Misalnya saja seperti:
- Dibangun Tahun 1906
Masjid Al-Mashun ini pembangunannya dimulai pada tahun 1906. Kemudian pada 10 September 1909, masjid ini selesai dibangun. Artinya butuh waktu kurang lebih lima tahun untuk menyelesaikan pembangunan salah satu masjid paling bersejarah di Medan ini.
- Arsitektur Masjid
Di atas tadi sudah sedikit disinggung jika Masjid Al-Mashun ini bangunannya dirancang oleh seorang arsitek asal Belanda bernama Van Erp. Meskipun proses pengerjaannya dilanjutkan oleh JA Tingdeman.
Bentuk bangunan masjid sendiri merupakan kombinasi dari arsitektur bergaya Arab, India, dan Spanyol. Uniknya perpaduan tersebut mampu menghasilkan sebuah dimensi nilai bangunan yang sangat artistik.
Ditambah lagi adanya ornamen-ornamen yang menghiasi sisi laur gedung membuat masjid ini memperlihatkan nilai estetika yang sangat tinggi. Adanya lima kubah berwarna hitam di atasnya menjadikan masjid yang satu ini mengajarkan nilai etika yang begitu luhur.
- Terdapat Al-Qur’an Berusia Ratusan Tahun
Al-Qur’an yang di klaim usianya sudah ratusan tahun ini menjadi pesona tersendiri. Untuk Anda yang diberi kesempatan berkunjung ke Masjid Raya Medan, bisa melihatnya pada pintu masuk jamaah laki-laki.
Di sana terpajang sebuah Al-Qur’an yang kertasnya berasal dari kulit. Al-Qur’an ini sendiri dikatakan berasal dari Timur Tengah. Istimewanya, meskipun usianya sudah ratusan tahun, namun kondisinya masih sangat baik. Tulisannya sendiri pun masih sangat jelas.
- Tradisi Unik selama Ramadan
Ada tradisi unik selama bulan Ramadan di Masjid Raya Medan ini. Masjid ini selalu menyajikan hidangan berbuka puasa yang berupa Sop Anyang. Yang dikenal sebagai salah satu makanan khas etnis Melayu.
Memiliki nilai sejarah yang cukup kental, membuat masjid ini menjadi salah satu ikon Kota Medan. Banyak wisatawan yang menyempatkan waktunya untuk mampir ke Masjid Agung Medan ini.