Masjid Menara Kudus yang terletak di Kota Kudus memiliki keunikan dan ciri khas karena sejarah Masjid Menara Kudus dibangun dari akulturasi agama islam dan budaya Indonesia masa itu.

Masjid adalah tempat bagi umat islam untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT. Walaupun ibadah di dalam Islam dapat dilakukan dimana saja, tetapi masjid menjadi pusat peradaban dan perkembangan ilmu agama Islam itu sendiri. Termasuk pula di Indonesia, awal perkembangan dan penyebaran ilmu agama dilakukan di mushola-mushola kecil di dalam majelis ilmu yang ditularkan dari orang ke orang. Penyebaran agama islam di Indonesia telah dilakukan sejak jaman kerajaan. Di Jawa sendiri penyebaran agama Islam dilakukan oleh sekelompok ulama yang berjumlah sembilan orang dan lebih dikenal dengan nama Wali Sanga yang tersebar di seluruh Pulau Jawa.

Ada banyak teknik dan metode dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dengan mengakulturasi budaya setempat agar lebih mudah diterima oleh masyarakat. Salah satunya adalah pembuatan model arsitektur tempat ibadah yaitu masjid. Beberapa masjid di Indonesia dibangun berdasarkan budaya yang tengah berkembang di masyarakat, seperti Masjid Menara Kudus yang dibangun disertai menara di samping masjid yang menyerupai bangunan candi umat hindu.

Sejarah Masjid Menara Kudus Atau Masjid Al Aqsha Di Negeri Al Quds

Masjid menara kudus merupakan masjid bersejarah dan merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Pulau Jawa dan dibangun di Kota Kudus, Jawa Tengah. Sejarah masjid menara kudus menyebutkan bahwa masjid ini dibangun oleh Sayyid Ja’far Sodiq Azmatkhan atau dikenal dengan nama lain Sunan Kudus pada tahun 956 Hijriah atau 1549 Masehi tepatnya pada tanggal 19 Rajab. Pada tanggal tersebut juga selalu diadakan kegiatan untuk memperingati berdirinya Masjid Menara Kudus.

Sunan Kudus adalah salah satu tokoh Wali Sanga yang menyebarkan agama Islam khususnya di wilayah Kudus dan sekitarnya. Sunan Kudus sendiri adalah Wali Sanga yang memiliki gelar Waliyyul Ilmi karena terkenal sebagai ulama yang paling alim dan taat beragama. Sultan Kudus lahir di Al Quds, Palestina dan hijrah bersama orang tuanya hingga ke Pulau Jawa dan konsisten menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Sunan Kudus juga dikenal sangat piawai menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa dengan menggabungkannya dengan budaya Jawa yang telah melekat di masyarakat. Hal tersebut terbukti dengan adanya menara di Masjid Menara Kudus dimana arsitekturnya sangat mirip dengan candi. Seperti yang telah diketahui bahwa candi adalah tempat yang sangat identik dengan umat Hindu.

Tentunya fakta itu menjelaskan bahwa Masjid Menara Kudus adalah simbol persatuan dan adanya toleransi antar umat beragama. Masjid Menara Kudus juga memiliki nama lain yaitu Masjid Al Aqsha. Hal ini karena berdasarkan sejarah Masjid Menara Kudus bahwa ada sebuah batu perisai yang berasal dari Baitul Maqdis, Palestina. Batu tersebut memiliki ukuran lebar 30 cm dan panjang 46 cm. Pada batu itu juga tertulis sebuah prasasti yang terletak di atas mihrab dengan keterangan Masjid Al Aqsha di negeri Al Quds. Al Quds sendiri artinya suci, dimana dari kata tersebut lahirlah nama Kudus.

Akulturasi Budaya Dalam Arsitektur Khas Masjid Menara Kudus

Bangunan Masjid Menara Kudus sangat unik karena di dalam suatu bangunan kita dapat melihat akulturasi budaya dan antar agama yaitu budaya Jawa, agama Hindu, agama Budha dan agama Islam. Beberapa arsitektur tersebut antara lain:

  1. Bagian Menara

Menara di samping Masjid Menara Kudus adalah bagian arsitektur yang paling menonjol dan menjadi ciri khas utama masjid ini. Menara tersebut dibuat menyerupai bentuk candi umat Hindu dengan menggunakan tumpukan batu bata tanpa adanya perekat berupa semen. Menara ini memiliki tinggi 18 meter dengan bagian pondasi berukuran 10 meter x 10 meter persegi. Selain itu disekeliling menara ini dihiasi dengan piringan berjumlah 32 buah dengan beragam lukisan seperti bentuk masjid, bunga, pohon kurma ataupun manusia dengan unta.

  1. Tempat Wudhu

Selain menara, terdapat tempat wudhu yang juga mengadopsi budaya hindu yang dibuat dalam bentuk padasan. Tempat wudhu ini tersusun dari batu dimana di bagian bawahnya diletakkan corong dari bambu yang telah diganti menjadi keran air dan di bagian tengah dibiarkan kosong sebagai bak penampung air.

  1. Gapura

Ciri khas lain dari Masjid Menara Kudus adalah adanya gapura di pintu masuk yang disebut juga sebagai Lawang Kembar yang dipercaya telah ada sejak jaman Kerajaan Majapahit. Bentuk dan arsitekturnya juga sangat khas dengan budaya Hindu.

Selain itu di dalam Masjid Menara Kudus juga terdapat kompleks makam, termasuk pula makam Sunan Kudus dan beberapa ulama serta tokoh lainnya. Bagian Masjid Menara Kudus masih dilestarikan hingga saat ini dan tidak berubah sejak didirikan. Namun khusus bangunan masjidnya sendiri telah mengalami beberapa renovasi termasuk pula adanya bentuk kubah, harga kubah masjid yang dipakai di Masjid Menara Kudus masih terbilang ekonomis dan tetap menjaga kesan kesederhanaan yang melekat pada masjid. Hal ini karena kompleks masjid yang berbaur dengan kompleks pemukiman padat penduduk dan selalu terbuka terhadap wisatawan untuk berkunjung atau berziarah.

By Raju